Acara ini menjadi
momen bersejarah sekaligus refleksi mendalam bagi sivitas akademika, terutama
bagi mahasiswa dan dosen PIAUD serta PGMI, dalam menggali praktik terbaik
intervensi terhadap anak-anak dengan keterbatasan dalam konteks pendidikan
Islam. Dr. Norasikhin dalam paparannya menekankan bahwa pendidikan inklusi
bukan sekadar pendekatan kurikuler, tetapi sebuah gerakan kemanusiaan yang
menuntut keterlibatan seluruh elemen masyarakat.
Ketua Program Studi PIAUD, Bapak Dr. Jhoni Warmansyah, M.Pd, dalam sambutannya, menekankan pentingnya integrasi teori dan praktik dalam pembelajaran inklusif. Menurut beliau, kehadiran narasumber internasional merupakan bentuk nyata implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menekankan pentingnya kolaborasi global dalam penguatan kompetensi mahasiswa.
selanjutnya, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan, Prof. Dr. Suswati Hendriani, M.Pd, dalam sambutannya mengapresiasi sinergi antardua program studi ini sebagai langkah konkret dalam meningkatkan mutu akademik dan wawasan global kampus. "Kegiatan seperti ini membuka ruang dialog lintas negara dan lintas paradigma, sehingga mahasiswa kita lebih siap menjadi pendidik inklusif yang profesional dan berempati," ungkapnya saat membuka secara resmi kegiatan tersebut.
Dalam sesi pemaparannya, Dr. Norasikhin Ismail menekankan urgensi intervensi yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap individu. Ia menyoroti pentingnya sinergi antara guru, orang tua, dan tenaga pendukung dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Menurutnya, keberhasilan pendidikan inklusi sangat ditentukan oleh sejauh mana pendidik mampu memahami karakteristik unik peserta didik dan merancang strategi pembelajaran yang fleksibel dan responsif. “Intervensi bukan sekadar penyesuaian kurikulum, tetapi lebih kepada kepekaan untuk mendeteksi kebutuhan anak dan ketepatan dalam memberikan respon yang sesuai,” tuturnya
Selama sesi
diskusi, mahasiswa terlihat antusias menyampaikan pertanyaan seputar tantangan
di lapangan, termasuk keterbatasan sarana, pendekatan psikopedagogik, hingga
strategi komunikasi dengan orang tua anak berkebutuhan khusus. Dr. Norasikhin Ismail memberikan penjelasan berdasarkan pengalaman lapangannya di Malaysia, sekaligus
mengajak mahasiswa untuk membangun jejaring regional dalam mengembangkan
pendekatan inklusi berbasis nilai-nilai Islam.
Acara ini juga
menjadi ajang pembelajaran transdisipliner yang mempertemukan teori pendidikan,
psikologi perkembangan, hingga kebijakan publik dalam satu forum ilmiah yang
inspiratif. Tidak hanya menyasar mahasiswa, Kegiatan ini juga dihadiri oleh Dekan FTIK serta jajarannya, para dosen dan tenaga pendidik dari berbagai program studi yang memiliki
perhatian pada isu inklusi.
Dalam konteks lokal, Visiting Doctor ini menjadi jawaban atas kebutuhan peningkatan kapasitas calon guru dalam menghadapi realitas sekolah yang semakin beragam. PIAUD dan PGMI UIN Mahmud Yunus Batusangkar menunjukkan komitmennya dalam mencetak guru-guru yang tidak hanya cakap secara akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial terhadap anak-anak yang selama ini berada di pinggiran sistem pendidikan.





.jpg)






.jpg)


.jpeg)








